Selasa, 18 Oktober 2016

Anakku Alvin & Gitarnya

Tiada hari tanpa gitar bagi Alvin. Kalau tidak diingatkan untuk ganti baju dulu, makan dll.., sepulang sekolah pasti langsung diambilnya gitar & mulai genjreng2...

Alvin mulai mengenal gitar sewaktu usia sekitar 11,5 tahun. Yap, memang baru sebentar.., sekitar setahun ini. Saya teringat betapa susahnya meminta Alvin belajar musik. 
Sewaktu SD, mungkin kelas 4 (agak lupa), saya membelikan keyboard dg harapan Alvin bisa main musik. Ngiri juga lihat anak2 lain pintar main musik.., hehehe
Dan saya carikan guru privat.., dan hasilnyaaa..., Alvin tdk suka dan merasa tidak berbakat dgn musik. Ada yg menyarankan untuk ganti guru les, mungkin yg ini kurang pintar.., tp Alvin sdh terlanjur 'mutung'. Jadilah keyboard hanya jadi hiasan di rumah.. :(

Sampai suatu ketika ada kejadian, ayah Alvin meninggal, di usia Alvin 11,5 tahun. Jika pada umumnya anak menangis jika ada kejadian menyedihkan, tidak demikian dengan Alvin.
Alvin tidak meneteskan satu air matapun di hari ayahnya meninggal. Satu2nya air mata yg menetes waktu ayahnya dikremasi. Itu saja hanya beberapa tetes tanpa suara, dan langsung dihapus. Sampai yg datang berkata kepada Alvin untuk tidak apa2 menangis, tapi tetap Alvin menggelengkan kepala.

Setelah kejadian itu, saya berpikir bagaimana kondisi Alvin.., karena tipe Alvin mungkin susah mengungkapkan perasaan. Mulailah saya membujuk Alvin untuk belajar musik, dengan harapan sebagai sarana penyaluran emosi Alvin. 
Ternyata tidak segampang itu merayu Alvin.., hehehe.. Alvin masih merasa tidak berbakat, dan akan percuma saja belajar musik.

Setelah segala rayuan, akhirnya Alvin 'luluh' dengan kata2 saya... "Vin.., belajar gitar yaa.., bukan untuk prestasi, piala, dll... nanti kalau mami sedih, Alvin bisa main gitar menghibur mami..."
Akhirnya Alvin bersedia.., horreeee.. hihihii

Seiring waktu, ternyata Alvin menikmati permainan gitarnya, gitar klasik. Bahkan berencana mendalami serius, sdh bercita2 kuliah di ISI... hehehe

Semoga benar, dgn musik Alvin bisa menyalurkan emosinya...

Link youtube penampilan Alvin waktu home concert di Hartono Mall bbrp hari yll, 16 Oktober 2016
https://www.youtube.com/watch?v=LTmCugWr_08


Kamis, 13 Oktober 2016

Pengalaman mengikuti talkshow parenting penderita disleksia (Film Wonderful Life)

Kamis 13 oktober 2016.., sejenak meluangkan waktu mengikuti talkshow parenting dalam rangka premiere film "Wonderful Life".
Film ini diangkat berdasarkan novel karya Amalia Prabowo, yang anaknya didiagnosis sebagai penyandang disleksia.
Disleksia adalah gangguan membaca yang disebabkan kesulitan otak dalam membedakan simbol dan merangkainya (sumber: A.D.A.M Medical Encyclopedia).

Sempat saya melihat thriller filmnya.., sangat menyentuh & mengharukan.
https://www.youtube.com/watch?v=KzVPoPHdc_g

Mendengarkan Ibu Amalia bercerita.., seakan2 saya turut masuk ke kehidupannya.. Kehidupan yang tadinya begitu 'sempurna', dari keluarga terhormat, ningrat, kaya raya, berpendidikan tinggi.., semua di kehidupannya selalu berjalan sesuai logika, rencana.., jika ada yg tdk sesuai akan direview secara periodik. Sampai2 ada semboyan di keluarganya... "Plan - Do - Review"

Betapa 'hancur' dunianya begitu mengetahui anaknya kesulitan membaca, menulis, berhitung.. Ibu Amalia yg dibesarkan di keluarga yg sangat mengagungkan pendidikan, ternyata diberikan anak, Aqil, yg secara akademis tdk akan bisa mengikuti.
Bagaimana Ibu Amalia 'protes' kepada Tuhan, bagaimana keluarga besarnya mengucilkan Aqil.., misalnya setiap lebaran tdk ikut kumpul keluarga.., disembunyikan...
Bahkan Ibu Amalia sempat juga 'menolak' Aqil, tdk mau merawat, hanya menitipkan ke ibunya..

Menurut seorang psikiater, ada 5 fase yang harus dilalui saat seseorang mendapat shock :
1. Denial (Penyangkalan)
2. Anger (Kemarahan)
3. Bargaining (Pertimbangan)
4. Depression (Depresi)
5. Acceptance (Penerimaan)

Perjuangan seorang ibu, untuk memahami kehidupan, untuk memahami anak2, untuk berbahagia menjalani hidup ini...

"Semua anak terlahir sempurna"